Pernikahan/Pawiwahan
Rangkaian Upacara Adat Pawiwahan dan Mepandes di Gelar Keluarga Besar Jro Mangku Juli

Foto : Pernikahan/Pawiwahan Kedua Mempelai, Adhimas Pandu Dewa Bharata, S.Si., dan Komang Fitri Fernanda, S.Ak., Rabu, 02/11/2022.
DENPASAR AKTUALDETIK - Pulau Bali selain dikenal dengan sebutan seribu Pura nya juga sangat dikenal dengan keindahan berbagai objek wisata yang disajikan, dan tak lupa juga tentang adat dan istiadat masyarakatnya dalam melaksanakan rangkaian upacara yang dilaksanakan.
Lebih jauh Pulau Bali juga sangat kental dengan kebudayaan yang tetap dijaga oleh masyarakatnya. Walaupun Bali sudah sangat berkembang, tradisi dan budaya yang diturunkan nenek moyang tetap terjaga dengan baik, Salah satu tradisi unik di Bali tersebut adalah tradisi dalam upacara penikahan/pawiwahan dan mepandes, metatah atau potong gigi.
Selain tradisi pernikahan/pawiwahan, metatah adalah tradisi yang unik yaitu potong gigi, yang mungkin terdengar sangat asing dan aneh bagi masyarakat luar Pulau Bali, Namun tradisi metatah memiliki banyak makna dan pengharapan mulia bagi orang-orang yang melaksanakannya.
Dalam rangkaian upacara yang dilaksanakan oleh keluarga, l Wayan Juliarta, S.H., dan istri Ni Made Raka Astiwi, S.Ag., yang berbesan dengan Keluarga I Nyoman Suwirta dan Ni Wayan Netri berasal dari Banjar Kerandan desa Pemecutan, dimulai pada pukul 06.30 pagi bertempat di Jalan Sidakarya Banjar Pegog Denpasar Selatan, Rabu, 02/11/22.
Menurut I Wayan Juliarta, S.H., atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jro Mangku Juli, selain melaksanakan kegiatan upacara pernikahan/pawiwahan putra nya, juga sekaligus dilaksanakan upacara metatah atau potong gigi yang merupakan rangkaian dari upacara pawiwahan putranya yaitu, Adhimas Pandu Dewa Bharata, S.Si., dengan Komang Fitri Fernanda, S.Ak., putri ke tiga dari keluarga I Nyoman Suwirta dan Ni Wayan Netri.
Sementara itu disampaikan lda Rsi Siwa Budha yang memimpin prosesi upacara tersebut menjelaskan, bahwa Tradisi Metatah adalah upacara potong gigi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Biasanya juga disebut juga tradisi mepandes atau mesangih. Tradisi ini wajib diikuti oleh semua orang Bali, baik laki-laki maupun wanita yang telah menginjak masa remaja.
Membayangkannya saja kita sudah merasa ngilu sendiri, tapi tujuan tradisi ini bukan untuk menyakiti, melainkan terkandung makna-makna baik untuk menghapus sifat-sifat buruk pada diri seseorang. Namun, bukan berarti setelah potong gigi sifat orang tersebut berubah menjadi baik, hal ini kembali lagi pada diri masing-masing.
"Pelaksanaan upacara Mepandes, metatah atau potong gigi, dilaksanakan oleh Jro Mangku Juli dan istri kepada putra dan putri nya yaitu, Ni Putu Octa Putri Yuliastiwi, Kadek Dwifour Desuka Wiarta Putra, Komang Editri Derayuta Putra Perkasa dan Indriana Refita Indri," Ungkap Rsi Siwa Budha.
Lebih lanjut Rsi Siwa Budha menambahkan, tradisi metatah sudah dilakukan masyarakat Bali sejak dulu dan menjadi warisan budaya secara turun-temurun. Metatah berasal dari kata "tatah" yang berarti "pahat" dalam bahasa Bali. Jadi, gigi sebenarnya tidak benar-benar dipotong, melainkan dikikis dengan teknik tertentu dan ritual ini dilakukan dengan mengikis sebanyak 6 gigi.
Pelaksanaan upacara ini sangat berkaitan dengan yadnya sebagai simbolis dilakukan oleh remaja yang sudah beranjak dewasa atau orang yang sudah siap menikah. Orang yang sudah siap menjalani tradisi metatah biasanya ditandai dengan perubahan suara (pada pria) dan menstruasi (pada wanita).
Tujuan upacara metatah adalah sebagai simbol untuk membersihkan keangkaramurkaan dan keserakahan dari diri seseorang. Masyarakat Bali percaya bahwa ada 6 jenis perbuatan tidak baik dalam diri manusia (sad ripu), yaitu kama (hawa nafsu), loba (tamak), mada (kemabukan), moha (kebingungan), krodha (kemarahan) dan matsarya (iri hati).
Sifat-sifat jelek ini juga dianggap seperti musuh bagi manusia itu sendiri. Maka dari itu, sifat jelek ini perlu ditaklukan agar tidak mengganggu kehidupan manusia lainya.
Dalam pelaksanaan prosesi upacara pernikahan/pawiwahan dan metatah yang digelar keluarga Jro Mangku Juli, berjalan dengan khidmat sukses dan lancar dengan penuh kebahagian, dan dihadiri oleh para undangan diantaranya tampak tokoh masyarakat Bapak I Nyoman Nirka dan istri Ny. Sari Galung, Serta diakhiri dengan sesi foto bersama kedua mempelai, kerabat dan para undangan. (C/S)
Komentar Via Facebook :