Kepemimpinan Dirut RSUD Arifin Achmad, Dipertanyakan
Ketua Harian LP KPK Riau: Gubernur Riau Harus Berani Tegas Terhadap Dirut RSUD Arifin Achmad
Foto: Ketua Harian LP KPK Riau, Feri Sibarani, S.H dan Gubernur Riau, Drs Syamsuar, M.Si, serta Direktur Utama RSUD Arifin Achmad, Achmad, Wan Fajriatul Mamnunah, Sp.KG
PEKANBARU AKTUALDETIK.COM - Mencuatnya isu-isu miring terkait layanan buruk tenaga medis di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru akhir-akhir ini, semakin meningkatkan rasa ketidakpercayaan masyarakat akan kinerja kedokteran RSUD Arifin Achmad, terutama kompetensi direktur utama RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul Mamnunah, Sp.KG pasca ditinggal oleh Nuzelly. Rabu, 02/11/2022.
Hal itu menjadi sorotan berbagai pihak belakangan ini. Kali ini datang dari Ketua Harian Lembaga Pengawasan Kebijakan Pemerintah Dan Keadilan (LP-KPK) Komisi Daerah Riau, Feri Sibarani, S.H. Menurut Feri, Apa yang sedang terjadi di RSUD Arifin Achmad ini bukan masalah kecil, dan bukan perkara ringan, namun menurutnya, semua tindakan dan sikap para pihak tenaga medis dan pengelola RSUD Arifin Achmad adalah langsung ber konsekwensi dengan nyawa manusia apabila terjadi kelalaian atau layanan yang tidak bertanggung jawab.
,"Kita jangan sepelekan soal layanan kepada pasien, isu-isu miring saat ini tentang RSUD Arifin Achmad bukan perkara ringan atau masalah sepele, ini menyangkut nyawa manusia. Sebelumnya juga ada pasien atas nama Cipto Sarjono yang juga akhirnya meninggal dunia akibat ditolak di RSUD Arifin Achmad," kata Feri Sibarani, saat menanggapi isu-isu miring RSUD Arifin Achmad saat ini, terkait adanya dugaan bisnis darah dan layanan yang tidak bertanggung jawab dari pihak RSUD Arifin Achmad.
Ditambahkan Feri, bahwa apapun yang terjadi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, terkait buruknya atau baiknya layanan, merupakan tanggung jawab direktur utama. Dirut tidak boleh main lempar ke bawahan atau kepada tenaga medis lainya terkait kesalahan, apalagi kelalaian, karena menurutnya itu terkait langsung kebijaksanaan seorang pimpinan.
,"Logikanya saja, apapun yang dilakukan oleh para bawahan atau tenaga medis di RSUD Arifin Achmad, pastinya sudah mendapatkan arahan jelas dari seorang pemimpin. Karena RSUD itu bukan baru, itu sudah sangat lama dan sudah banyak pengalaman permasalahan di sana sejak dulu, sehingga saya yakin seorang Dirut itu sudah sangat paham apa-apa permasalahan yang akan muncul disana, dan itu otomatis menjadi dasar Dirut untuk memberikan arahan kebijkan kepada seluruh stekholder di RSUD dalam menjalankan tugas pada setiap kondisi dan keadaan apapun," Ujarnya.
Hal itu dikatakan Feri Sibarani, saat dirinya diwawancarai para awak media hari ini, di pekanbaru, mengenai adanya berita santer diberbagai media, yang mengatakan bahwa seorang keluarga pasien RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mengamuk karena diduga ada permainan bisnis darah, dan dugaan penelantaran pasien kanker, sehingga menjadi isu hangat saat ini. Akibatnya, Gubernur Riau, Drs. Syamsuar pun turut prihatin dan mencoba menanggapi perihal itu, namun tidak signifikan dan tegas.
, "Gubernur Riau, Drs Syamsuar saya nilai masih mengedepanakan sisi politis dalam merespon soal RSUD Arifin Achmad. Saya selaku pengurus dari lembaga masyarakat, LP KPK Riau mendorong agar Gubernur Riau dapat dengan tegas serta objektif dalam menyikapi persoalan RSUD Arifin Achmad, yang kini di pimpin direktur utama,
Wan Fajriatul Mamnunah, Sp.KG, yang konon kita kenal sebagai anak dari mantan gubernur Riau terdahulu, yang kini mendukung kepemimpinan gubernur Riau Syamsuar. Jadi jangan jadikan frame politik di semua lini, ini menyangkut nyawa rakyat Riau, harusnya pak Gubernur tegas dan berikan sanksi yang pantas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlakuberlaku," Pinta Feri.
Menurut Feri Sibarani, jika melihat banyaknya keluhan warga masyarakat yang merasakan ketidkanyamanan dan buruknya sisi pelayanan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru akhir-akhir ini, sudah seharusnya semua unsur pemerintahan provinsi Riau segera bertindak. Sebab menurutnya lagi, jangan sampai citra baik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang selama ini sudah dibangun oleh Direktur sebelumnya, dan dibanggakan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat Riau menjadi hancur akibat pemimpin yang tidak bijaksana.
, "Kemarin pada Juni 2022, sudah ada contoh pasien atas nama Cipto Sarjono, pasien tumor ganas, dan kondisi darurat ditolak oleh RSUD Arifin Achmad, akhinya tidak lama berselang, meninggal dunia. Itu adalah suami dari isteri penjual bakso di kecamatan Rumbai, yang saat ini menjadi janda dan membesarkan anaknya sendiri tanpa penghasilan yang jelas. Apakah Gubernur Riau masih ingin ada cipto-cipto yang lain meniadi korban penolakan RSUD Arifin Achmad?, " Sebut Feri Sibarani.
Sebagaimana diketahui, atas kejadian dugaan penelantaran pasien kanker dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal di RSUD Arifin Achmad, dan bisnis darah di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, menjadi berita trending topik akhir-akhir ini, namun Gubernur Riau, Drs Syamsuar hanya menyinggung soal tata krama dan bentuk komunikasi yang harus ramah terhadap pasien, padahal sejatinya persoalan di RSUD Arifin Achmad, bukan sekedar tidak ramahnya para dokter dan tenaga medis lainnya, namun diduga lebih pada soal ketidakjelasan pelayanan, dan dapat mengakibatkan kerugian serta dampak yang fatal, seperti meninggal dunia.
,"Kok Gubernur ini hanya menegur Direktur soal harus ramah dan tidak ketus, apa hubungannya? Persoalan yang sudah mencuat itu kan adanya alasan-alasan yang tidak masuk akal dari pihak RSUD Arifin Achmad, soal darah dan reagen, sehingga terancamnya nyawa pasien kanker, sebagaimana diberitakan di berbagai media, terutama di GoRiau. Seharusnya Gubernur kita ini evaluasi secara serius tentang kepemimpinan di RSUD Arifin Achmad, bagaiamana kebijakannya, apalagi masalahnya bukan hanya kali ini saja, sudah ada contoh-contoh lainnya," Imbuh Feri.
Selain itu, Feri Sibarani juga meminta kepada Gubernur Riau, agar dalam menempatkan seorang Direktur Utama di RSUD Arifin Achmad tidak bermain-main, dan harus komitmen soal profesionalitas, kapabilitas, Integritas dan kapasitas seorang pemimpin, dan jangan perempuan, karena menurut Feri Sibarani, lembaga rumah sakit itu merupakan gudang masalah, dan menghadapi berbagai pihak dan ragam masyarakat dengan berbagai karakter, sehingga diperlukan pemimpin rumah sakit yang kuat mental, berfikir logis, dan terpenting memiliki rasa tanggung jawab tinggi serta mampu mengambil kebijakan dalam kondisi gawat darurat, atau pada situasi genting, yang berorientasi pada keselamatan jiwa manusia atau pasien.
,"Kompetensi seorang Direktur utama itu menurut saya tidak cukup pintar secara akademik saja, apalagi ini di lembaga rumah sakit. Diperlukan soft skill yang tidak ditemukan di kampus. Filosofi rumah sakit dan peran serta tanggung jawab rumah sakit itu kan sudah jelas dalam UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Dan Negara secara konstitusi sudah berikrar akan menjamin hak kesehatan warganegara, dan itu salah satu Hak Asasi Manusia yang hakiki, lagi pula Negara tidak boleh hitung-hitungan dengan warga negara, karena segala tanah dan air dan kekayaan Bangsa ini dikelola oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat," Tukas Feri.
Sumber: GoRiau/Aktualdetik
Editor: Rifky, S.H/Red
Kepada Seluruh Masyarakat di Tanah Air, Jika Ada Informasi, Dan Menemukan Kejadian/Peristiwa Penting, Atau Pelanggaran Hukum, Baik Oleh warga atau Pejabat Pemerintah/Lembaga/Penegak Hukum, Silahkan mengirimkan informasi, berupa Narasi/tulisan, Rekaman Video/Suara, ke No telepon/WA: 0853-6381-4752 - Email: [email protected].
Jangan Lupa Mengirim Indensitas Lengkap, Kami menjamin kerahasiaan Identitas Narasumber.



Komentar Via Facebook :