Pemkab Rohul Diminta Perhatikan Nasib Warganya Yang Sekarat

Tenaga Medis Dan Dinkes Rohul Diduga Tidak Patuhi UU Rumah Sakit Saat Tangani Pasien

Tenaga Medis Dan Dinkes Rohul Diduga Tidak Patuhi UU Rumah Sakit Saat Tangani Pasien

Ibu paruh baya Warga Rohul, Daliem (55) Tampak Sekarat

ROHUL AKTUALDETIK.COM -  Daliem, ( 55 ) seorang warga Rokan Hulu terkendala biaya Operasi, warga miskin asal Dusun Sukamaju Desa Pematang Tebih Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau kini hanya bisa merintih menahan rasa sakit di bagian perut dan terbaring lemah di Kediamanya.

Usai divonis pihak tenaga medis setempat ia menderita tumor di rahimnya, setelah sempat dirawat di RSUD Rohul sehari. Namun pihak RSUD menyarankan agar dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru agar bisa ditangani dengan baik, karena keterbatasan peralatan di RSUD Rohul, dan akhirnya kembali kerumah tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pertolongan. 

Tenaga medis dan Rumah Sakit hendaknya mematuhi amanat Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, diamana pada pasal-pasal yang telah mengatur bagaiamana sikap dan kewajiban tenaga kesehatan maupun pimpinan lembaga kesehatan seperti pusat-pusat kesehatan masyarakat, baik swasta maupun milik pemerintah harus mengedepankan keselamatan jiwa dari pasiennya, yang konon sedang dalam keadaan darurat emergency. 

Hal itu dengan tegas disebutkan dalam UU Kesehatan No 36 Tahun 2009, Pasal 32 ayat 2, mengatur bahwa Rumah Sakit tidak boleh menolak pasien. Bunyi pasal tersebut dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta dilarang menolak pasien dan atau meminta uang muka.

Lalu diikuti pasal 190 ayat 1 UU yang sama, yang menyatakan Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan atau tenaga kesehatan yang melanggar Pasal 32 ayat 2 itu dipenjara maksimal 2 tahun dan denda maksimal Rp 200 juta. Pasal 190 ayat (2) bahkan dengan tegas berbunyi Jika menyebabkan kematian, dipenjara maksimal 10 tahun denda paling banyak Rp 1 Miliar. Terkait hal ini, pihak yang berwenang yaitu Kementrian Kesehatan mengungkapkan jika ada Rumah Sakit yang menerapkan kebijakan deposit uang muka untuk pasien gawat darurat dapat dilaporkan. 

Natalia (31) anak sulung Dari Pasangan Daliem ini  Mengisahkan tentang awal mula penyakit yang menimpa ibunya.

,"Ibu terlihat gemuk kami kira ya biasa biasa saja tapi lambat laun perutnya semakin membesar, dan ibu sering merasa sesak bahkan sulit buang air besar, jadi sering dikusuk kami kira masuk angin
" Ujar Lia saat ditemui wartawan di kediamanya, Minggu (12/7/2020) Sore.

Lia menambahkan badan ibunya yang terlihat makin gemuk dan perut membesar sejak bulan Ramadhan lalu hingga lama kelamaan, dan dikatakan ibunya selalu mengeluh perutnya sakit dan perih bagai dicucuk jarum, bahkan nafas sesak saat dibawa berbaring dan duduk serta badannya semakin kurus, perutnya pun kian membesar. 

Hal itu diungkapkan Natalia dengan nada lirih sambil sesekali menyeka air matanya yang menetes tanpa disadarinya.

Akhirnya karena tak ingin ada masalah terhadap orang tuanya Lia membawa mamaknya itu berobat ke Bidan Nur di Lubuk Bendahara lalu bidan merujuk untuk USG ke RSIA Harapan Medika, dan saaat itu langsung ditangani oleh dr Friadi Ginting dari hasil USG ibu Lia dinyatakan bahwa ada tumor di rahim menurut dr  Friadi Ginting tumornya hanya bisa diangkat dengan jalan operasi

"Setelah diperiksa ulang oleh dr Friadi Ginting di RSUD Rohul Dia mengatakan kalau dirinya yang menangani sendiri, gak bisa. Harus kerja sama dengan dokter Bedah, Ini tumornya sudah besar dan kemungkinan lengket dengan usus, sebaiknya ditangani di Pekanbaru saja nanti kalau disini, Pendarahan gimana? " Sedangkan stok darah O (positif) di RSUD ROHUL kosong ," jelasnya

Meskipun begitu Lia tidak berputus asa dia terus berupaya berkoordinasi dengan pihak RSUD Rohul, dan hasilnya Manajemen RSUD Rohul menyatakan jika Pasien dirawat di RSUD Rohul biayanya ditanggung Pemkab, namun bila dirujuk maka tidak ditanggung. 

,"jadi saya binggung, mau dirujuk tidak ada biaya, sehingga setelah dirawat sehari di RSUD Rohul, akhirnya mamak kami bawa pulang saja," kata Lia sambil menahan tangis, melihat kondisi ibunya yang semakin melemah.

Apalagi ibunya kini tensi darahnya rendah, biasanya keadaan normal tensi darah ibunya 179 kini turun menjadi 120. Ibunya setiap hari hanya mau makan buah buahan saja, dan tidak mau makan nasi.

Natalia dan keluarganya mengaku binggung, karena untuk merujuk ibunya ke RSUD Arifn Ahmad tidak memiliki dana, sedangkan ayahnya hanya bekerja serabutan dengan penghsilan pas pasan. 

"Untuk biaya hidup hanya cukup kebutuhan sehari hari saja, darimana kami bisa memenuhi kebutuhan untuk biaya operasi mamak karena butuh dana besar," 

Natalia hanyalah seorang guru honorer dengan gaji kecil, selain tulang Punggung  bagi keluarga dia juga menghidupi dua orang anaknya yang masih kecil,

Dirinya hanya bisa berharap ada bantuan dari Pemkab Rohul juga dari para dermawan agar ibunya bisa sembuh kembali. Dia merasa iba dengan penderitaan mamaknya yang setiap harinya hanya terbaring lemah dan tak berdaya. Kini Natalia, ayah dan adiknya setiap saat haya bisa mendengarkan rintihan sakit dari ibunya tanpa bisa mampu berbuat banyak.

Ditempat Terpisah Kadiskes Rokan Hulu dr Bambang Triono saat dikonfirmasi via Canal WhatsApp nya terkait kendala biaya operasi Pasien Miskin Asal Rohul, mengatakan pasien sudah dirawat di RSUD...menggunakan baiya dari RSUD ' dan BPJS dalam proses di Dinsos, hasil konsul dengan dr. Friadi ginting tidak bisa dioperasi di RSUD, Pasien harus dirujuk ke Pekanbaru" Ujarnya

"Kalau dirujuk ke Pekan Baru tidak bisa lagi pakai anggaran RSUD, jadi nunggu selesai kartu BPJS nya " Kata Bambang.

Dari penuturan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rohul tersebut tercermin sebuah sikap pesimis dan tidak sesuai dengan perintah Undang-Undang kesehatan yang dengan tegas mengatur tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh pihak tanaga medis atau dinas terkait jika mengalami persis seperti yang dialami oleh Daliem dan keluarganya. Akan hal itu sangat disayangkan, ketika Negara menjamin kesehatan warganegara, namun oknum-oknum pejabat terkait atau tenaga medis tidak merealisasikan amanat Undang-undang. 

Editor : Feri Sibarani

Komentar Via Facebook :