Manuver politik

Dituduh Istana Kudeta Demokrat, Ini Analisa Prof Rocky Gerung

Dituduh Istana Kudeta Demokrat, Ini Analisa Prof Rocky Gerung

Foto : Filsuf, Profesor Rocky Gerung, saat memberikan analisanya terhadap isu kudeta Demokrat oleh pentingi Istana

JAKARTA AKTUALDETIK.COM - Manuver politik tingkat atas memang tak pernah berhenti, konon menjelang perhelatan politik tahun 2024, meyakinkan banyak kalangan akan derasnya arus politik yang bakal terjadi di tanah air, hal ini tak luput dari perhatian Profesor Rocky Gerung, 2/2/2021.

Pada dasarnya, sebagaimana mengutip pernyataan Gerung atas suhu politik yang sedang terjadi di tanah air, khususnya soal dugaan kudeta terhadap partai Demokrat oleh para petinggi istana, termasuk KSP Muldoko, hal itu disebutnya sebagai hal yang normal dan biasa-biasa saja. 

Pengamat politik sekaligus filsuf, Rocky Gerung pun turut mengomentari isu pengambilalihan Partai Demokrat yang dihembuskan oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Tersiar kabar bahwa gerakan politik yang diduga dilakukan oleh pejabat penting istana ini adalah operasi pribadi dan bukan operasi yang diperintahkan oleh istana secara keseluruhan.

Rocky menilai tindakan mengambil alih partai ini merupakan politik pragmatis, yakni upaya mencari jalan keluar atau solusi dengan menggunakan cara yang paling sederhana.

Sementara itu, tudingan yang dilontarkan kepada Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, yang mengatakan bahwa ia adalah pihak yang hendak mengkudeta AHY, disebut Rocky sebagai hal yang biasa saja dalam politik.

“Pak Moeldoko enggak salah karena mungkin beliau menganggap ‘kan biasa tuh partai dipecah belah lalu diambilalih’, kan istana lakukan hal itu terhadap Golkar, PPP, macam-macam. Jadi sudah jadi grammar istana untuk mengambil alih partai dalam rangka konsolidasi,” papar Rocky Gerung dalam kanal YouTube miliknya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.

Di sisi lain, kejadian yang menimpa Demokrat saat ini dianggapnya sebagai kebocoran informasi, lantaran persiapan pengambilalihan baru berjalan 20 persen, tetapi sudah bocor ke publik.

“Pak SBY itu 10 tahun di istana, pasti dia meninggalkan kuping di dinding-dinding istana, sehingga bisa mendengar sebetulnya. Itu mungkin salah hitungnya Pak Moeldoko dan teman-teman yang ingin melakukan kudeta,” ujarnya.

Lebih lanjut, pengamat politik itu juga menyoroti kegaduhan yang kembali dilakukan oleh buzzer di media sosial, yang mana para akun bayaran ini menciptakan isu seolah-olah AHY kesal karena tidak mendapatkan kuota menteri di kabinet.

Pemakaian buzzer ini dianggap Rocky sebagai hal yang normal untuk dilakukan pihak-pihak terkait demi kecepatan pembentukan opini publik terhadap isu yang sedang bergulir ini.

“Saya anggap bahwa Pak Moeldoko manggil lagi ini buzzer-buzzer yang sudah berceceran. Ya sudah kita gembira saja karena ada kerjaan buzzer-buzzer istana. Dan betul bahwa kalau dia nggak dijelaskan pada publik, nanti presiden bingung untuk mengambil kesimpulan, ‘ini apa yang terjadi?’,” tutur Rocky Gerung.

Hal yang berbahaya, sambungnya, adalah jika Presiden Jokowi menyimpulkan bahwa kudeta AHY ini dimaksudkan pula untuk kudeta terhadap presiden.

“Karena kan presiden (nanti) berpikir ‘ini kok diam-diam mau melakukan kudeta Demokrat? Apa dengan cara itu mengambil kekuasaan lebih besar? Sehingga menginginkan terjadi perubahan politik lebih cepat? Jadi kalkulasi presiden juga bisa mendua itu,” kata Rocky.

Oleh karena itu, lanjutnya, maka dipakailah para buzzer istana ini untuk menyebarkan informasi bahwa AHY-lah pihak yang kesal dan membuat gaduh lantaran tak mendapatkan kuota menteri di kabinet.

Editor : Feri.S
Sumber : Syamsul

Bagi masyarakat yang memiliki informasi atau kejadian/peristiwa ditengah masyarakat, atau ingin berbagi foto dan video, silakan chat ke 0812 6830 5177
Atau EMAIL redaksi : [email protected]
Mohon dilampirkan data pribadi


 

Komentar Via Facebook :