Kinerja Perbankan Dipertanyakan
Gubernur BI Sebut Perbankan Brengsek

Gubernur BI, Perry Warjiyo, Marah Melihat Kinerja Dunia Perbankan Nasional
JAKARTA AKTUALDETIK.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, benar-benar marah besar melihat kinerja dunia Perbankan Nasional, pasalnya, sekalipun BI telah memberikan tambahan modal sebesar 700 Triliun, dan keringanan bunga 3,75%, ternyata Perbankan masih saja pasang bunga tinggi ke Masyarakat, 19/12/2020.
Sikap Gubernur BI ini dipandang wajar, mengingat saat ini BI telah banyak memberikan relaksasi suku bunga acuan, Khususnya pada situasi Pandemi Covid 19, dengan tujuan agar ekonomi tetap terjaga khususnya UMKM diharapkan dapat bertumbuh dengan pemberian kredit dengan bunga rendah.
Perry juga mengatakan, dari evaluasi pihaknya atas realisasi kredit yang disalurkan oleh perbankan, yang ada disebut nol besar, bahkan kredit yang ada malah macet, dikarenakan bunga yang tetap tinggi dan mahal, sehingga para penggiat usaha enggan untuk menggunakan uang bank, sebagaimana disampaikannya dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG) BI Desember 2020 secara virtual beberapa waktu lalu.
Diketahui, dalam rapat yang digelar tersebut, disepakati sebuah ketetapan skema untuk menahan laju suku bunga acuan atau BI-7 Days Reserve Repo Rate (BI-DRRR) di level 3,75% termasuk suku bunga deposit facility tetap pada 3% serta suku bunga lending facility di 4,5%.
Ditambahkan oleh Perry, bahwa menurunkan suku bunga acuan sebesar 3,75% adalah terendah dalam sejarah, dimana disebut kan total penurunan suku bunga sejak Desember 2019 hingga Desember 2020 sudah mencapai 125 basis poin.
,"Informasi saja, keputuan BI mematok suku bunga acuan sebesar 3,75% ini, merupakan terendah sepanjang sejarah. Selain itu, total penurunan suku bunga acuan sejak Desember 2019 hingga Desember 2020, mencapai 125 basis poin," kata Perry Warjiyo, dikutip dari Bizlaw.com
Tak berhenti di situ, BI telah melakukan injeksi likuiditas ke perbankan. Data per 15 Desember 2020, suntikan BI ke perbankan mencapai Rp694,9 triliun. Terdiri atas penurunan giro wajib minimum (GWM) Rp155 triliun dan ekspansi moneter Rp524,07 triliun.
Seketika, likuiditas perbankan menjadi longgar dan melimpah. Seharusnya, dampak dari kedua faktor tadi yakni penurunan suku bunga acuan dan likuiditas kuat, perbankan berani menurunkan suku bunga kreditnya.
Dan, bank sentral mencatat kebijakan moneter itu berkontribusi mendorong penurunan suku bunga deposito menjadi 4,74 persen pada November 2020 dari sebelumnya 4,93 persen pada Oktober 2020.
Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja juga turun menjadi 9,32 persen pada November 2020 dari 9,38 persen pada Oktober 2020. Selain likuiditas yang melimpah di perbankan dan suku bunga acuan yang terendah sepanjang sejarah, lanjut dia, suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) overnight juga rata-rata rendah mencapai 3,2%.
"Namun, penurunan suku bunga kredit perbankan khususnya untuk modal kerja hanya mencapai 0,06 persen," ujar Perry.
Editor : Andrew
Sumber : BABE
Komentar Via Facebook :